Rabu, 10 Juni 2009

Menjaga Ucapan

MENJAGA UCAPAN

Oleh: An Ha


Hadist Rasulullah SAW.

” Salaamatul Insaan fiihifdzillisan “ Artinya : Orang yang selamat adalah mereka yang mampu mengendalikan ucapannya / lisannya”.

Salah satu indikasi orang munafik adalah ketidak mampuannya dalam menjaga diri dari ucapan / lisan. Kita harus belajar melakukan percobaan, melawan kebathilan dari mulai yang sangat sederhana ini yakni mengendalikan cara berbicara. Kalau perlu justru jangan terlalu aktif bicara dahulu, melainkan aktif mendengar, sehingga kita mampu menampung determinan serta kecenderungan dari lawan bicara kita. Orang yang terburu-buru dalam bicara akan terperangkap oleh pembicaraanya sendiri. Ini tidak berarti bahwa kita dilarang berbicara, melainkan sebuah upaya atau persiapan melakukan pembicaraan yang efesien dan efektif hanya dapat terwujud, apabila kita mendengar terlebih dahulu, mendengar dengan rasa, dengan batin dan penghayatan.

Belajarlah untuk memakai bahasa yang santun. Karena bahasa yang santun yang mempunyai tatakrama dan gramatika yang luhur, pada dasarnya mengolah jiwa sendiri. Bahasa adalah hasil olah pikir,dan olah pikir hasil dari proses pencernaan indrawi melalui qolbu. Bahasa yang santun mencerminkan budi, kata indah, jiwa gembira. Dan bila buruk kata, jiwa mejadi merana.

Kualitas bicara, merupakan simbol atau patokan orang lain menilai diri kita. Orang lain tidak melihat siapa kita, sebelum melihat cara kita berbicara. Dan anda telebih dahulu akan dinilai dari caranya anda berbicara.

Menjaga ucapan dengan perasaan tanggungjawab, menyebabkan diri kita terbiasa mengendalikan emosi, menghindari pemakaian tatabahasa yang salah, dan terlebih lagi menghindari ucapan yang mungkin saja menyebabkan orang lain tersinggung atau sakit hati.

Sebagai seorang muslim yang mempunyai jati diri yang selalu berpihak kepada kebenaran, kita wajib mempertahankan jati diri dan kebenaran tersebut. Tetapi, disatu sisi, kita pun diajarkan etika, tatakrama dan sopan santun. Sehingga di sinilah pentingnya peranan pikiran dengan memakai bahasa yang simpatik, memikat dan benar. Keras pada pendirian, tetapi lemah lembut dan simpatik dalam cara menyatakannya. Sabda Rosulullah SAW :

“ Man kaana yu minu billaahi wal yaumil aakhiri, fal yaqul khoiran au liyashmut”

“ Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik/santun atau diam’’.

Materi pesantren Ramadhan tahun 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar