Senin, 07 September 2009

materi pai

BAHAN BACAAN KELAS 9

kepada penyusun tulisan di bawah ini kami mohon izin untuk disampaikan kepada anak didik kami sebagai referensi.

Hadist Menuntut Ilmu

Ilmu Pengetahuan dan Kebodohan

1. Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-Rabii')

2. Wahai Aba Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah lebih baik bagimu daripada shalat (sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik daripada shalat seribu raka'at. (HR. Ibnu Majah)

3. Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah)

4. Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)

5. Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka ... neraka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

6. Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang 'abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )

Hadits Tentang Menuntut Ilmu

Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Qur’an Al mujadalah 11)

Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah)

Seseorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Syurga (Shahih Al jami)

Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syorga. (HR. Muslim).

“Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”(Bukhari)

Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia berada di jalan Alloh sampai dia kembali (Shahih Tirmidzi)

Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)

Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Qur’an dan yang mengajarkannya (HR bukhari )

Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang ‘abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )

Siapa yang Alloh kehendaki menjadi baik maka Alloh akan memberikannya pemahaman terhadap Agama (Sahih Ibnu Majah)

Duduk bersama para ulama adalah ibadah. (HR. Ad-Dailami)

Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain. (Shahih Muslim No.1352)

Abdullah bin Mas’ud berkata, “Nabi saw bersabda, Tidak boleh iri hati kecuali pada dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara dan mengajar dengannya.(Bukhari)

Termasuk mengagungkan Allah ialah menghormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang tua yang muslim dan para pengemban Al Qur’an dan ahlinya, serta penguasa yang adil. (HR. Abu Dawud dan Aththusi)

Siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan aka dilipat gandakan sepuluh, saya tidak mengatakan ,”Alif,lam,mim” satu huruf , tetapi alif satu huruf , lam satu huruf , dan mim satu huruf,(HR Bukhori)

Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka … neraka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Hadis riwayat Abu Musa ra.: Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Perumpamaan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dalam mengutusku untuk menyampaikan petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan yang membasahi bumi. Sebagian tanah bumi tersebut ada yang subur sehingga dapat menyerap air serta menumbuhkan rerumputan dan sebagian lagi berupa tanah-tanah tandus yang tidak dapat menyerap air lalu Allah memberikan manfaatnya kepada manusia sehingga mereka dapat meminum darinya, memberi minum dan menggembalakan ternaknya di tempat itu. Yang lain menimpa tanah datar yang gundul yang tidak dapat menyerap air dan menumbuhkan rumput. Itulah perumpamaan orang yang mendalami ilmu agama Allah dan memanfaatkannya sesuai ajaran yang Allah utus kepadaku di mana dia tahu dan mau mengajarkannya. Dan juga perumpamaan orang yang keras kepala yang tidak mau menerima petunjuk Allah yang karenanya aku diutus. (Shahih Muslim No.4232)

Abu Musa mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Perumpamaan apa yang diutuskan Allah kepadaku yakni petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gembur yang dapat menerima air (dan dalam riwayat yang mu’allaq disebutkan bahwa di antaranya ada bagian yang dapat menerima air), lalu tumbuhlah rerumputan yang banyak. Daripadanya ada yang keras dapat menahan air dan dengannya Allah memberi kemanfaatan kepada manusia lalu mereka minum, menyiram, dan bertani. Air hujan itu mengenai kelompok lain yaitu tanah licin, tidak dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang pandai tentang agama Allah dan apa yang diutuskan kepadaku bermanfaat baginya. Ia pandai dan mengajar. Juga perumpamaan orang yang tidak menghiraukan hal itu, dan ia tidak mau menerima petunjuk Allah yang saya diutus dengannya.” (Bukhari)

Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka. (HR. Abu Dawud)

Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat. (HR. Al-Baihaqi)

Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR. Ad-Dailami)

Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut tetapi dengan mewafatkan para ulama sehingga tidak lagi tersisa seorang alim. Dengan demikian orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan. (Mutafaq’alaih)

Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya daripada berkhianat dalam harta. (HR. Abu Na’im)

Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri. (HR. Ath-Thabrani)

“Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina”
* Telah berkata al-Baihaqy di kitabnya al-Madkhal (hal. 242) dan di kitabnya Syu’abul Iman (4/291 dan ini lafadznya), “Hadits ini matannya masyhur sedangkan isnadnya dla’if. Dan telah diriwayatkan dari beberapa jalan (sanad) yang semuanya dla’if.”

Wallahu a’lam.

Iman Kepada Hari Akhir : Fitnah Kubur, Siksa Dan Nikmat Kubur
 
IMAN KEPADA HARI AKHIR
 
 
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Bagian Kedua Dari Tiga Tulisan 2/3
 
 
Iman kepada hari Akhir adalah termasuk mengimani peristiwa-peristiwa yang akan 
terjadi sesudah kematian, misalnya :
 
[a]. Fitnah Kubur
Yaitu pertanyaan yang diajukan kepada mayat ketika sudah dikubur tentang 
Rabbnya, agamanya dan nabinya. Allah akan meneguhkan orang-orang yang beriman 
dengan kata-kata yang mantap. Ia akan menjawab pertanyaan itu dengan tegas dan 
penuh keyakinan, “Allah Rabbku, Islam agamaku, dan Muhammad Shallallahu ‘alaihi 
wa sallam nabiku”. Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan kafir. Mereka 
akan menjawab pertanyaan dengan terbengong-bengong karena pertanyaan itu terasa 
asing baginya. Mereka akan menjawab, “Hah….hah… tidak tahu”. Sedangkan 
orang-orang munafik akan menjawab dengan kebingungan, “Aku tidak tahu. Dulu aku 
pernah mendengar orang-orang mengatakan sesuatu lalu aku mengatakannya”.
 
[b]. Siksa Dan Nikmat Kubur
Siksa kubur diperuntukkan bagi orang-orang zhalim, yakni orang-orang munafik 
dan orang-orang kafir, seperti dalam firmanNya.
 
“Artinya : Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang 
zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat 
memukul dengan tangannya, (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini 
kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu 
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu 
menyombongkan diri terhadp ayat-ayatNya” [Al-An’am : 93]
 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang keluarga Fir’aun.
 
“Artinya : Kepada mereka dinampakkan Neraka pada pagi hari dan petang, dan pada 
hari terjadinya Kiamat, (Dikatakan kepada malaikat), Masukkanlah Fir’aun dan 
kaumnya ke dalam azab yang sangat keras” [Al-Mu’min : 46]
 
Dalam Shahih Muslim Zaid bin Tsabit meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi 
wa sallam bersabda : 
 
“Kalau tidak karena kalian saling mengubur (orang yang mati) pasti aku memohon 
kepada Allah agar memperdengarkan siksa kubur kepada kalian yang saya 
mendengarnya”. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadapkan 
wajahnya seraya berkata : “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa 
Neraka”. Para sahabat berkata, “Kami memohon perlindungan kepada Allah dan 
siksa Neraka”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata lagi, 
“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur”. Para sahabat berkata, 
“Kami memohon perlindungan Allah dari siksa kubur. Lalu beliau berkata lagi. 
“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak 
maupun yang tidak tampak”. Para sahabat lalu berkata, “Kami memohon 
perlindungan kepada Allah dari berbagai fitnah baik yang tampak maupun yang 
tidak tampak”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata lagi. “Mohonlah 
perlindungan kepada Allah dari fitnah Dajjal”. Para sahabat berkata, “Kami 
mohon perlindungan kepada Allah
 dari fitnah Dajjal”. [Hadits Riwayat Muslim]
 
Adapun nikmat kubur diperuntukkan bagi orang-orang mukmin yang jujur. Hal ini 
dijelaskan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firmanNya.
 
“Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Rabb kami ialah Allah, 
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada 
mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu 
merasa sedih ; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) Surga yang telah 
dijanjikan Allah kepadamu” [Fushilat : 30]
 
“Artinya : Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketka 
itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak 
melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu tidak 
mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang 
benar ?, Adapun jika dia (orang-orang mati) termasuk orang-orang yang 
didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketentraman dan rezeki serta 
Surga kenikmatan” [Al-Waaqi’ah : 83-89]
 
Dari Al-Barra’ bin Azib Radhiyallahu ‘anhu dikatakan bahwa Nabi Shallallahu 
‘alaihi wa sallam bersabda tentang orang mukmin jika dapat menjawab pertanyaan 
dua malaikat di dalam kuburnya. Sabdanya, “Ada suara dari langit, “Hamba-Ku 
memang benar. Oleh karenanya, berilah dia alas dari Surga” Lalu datanglah 
kenikmatan dan keharuman dan Surga, dan kuburnya dilapangkan sejauh pandangan 
mata….” [Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud, dalam hadits yang panjang]
 
Buah Iman Kepada Hari Akhir
[1]. Mencintai ketaatan dengan mengharap balasan pahala pada hari itu.
[2]. Membenci perbuatan maksiat dengan rasa takut akan siksa pada hari itu
[3]. Menghibur orang mukmin tentang apa yang didapatkan di dunia dengan 
mengharap kenikmatan serta pahala di akhirat.
 
Orang-orang kafir mengingkari adanya kebangkitan setelah mati dengan menyangka 
bahwa hari Akhir dengan segala peristiwa-peristiwanya adalah suatu hal yang 
mustahil. Persangkaan mereka jelas sangat keliru dan kesalahannya itu dapat 
dibuktikan dengan syara’, indera dan akal.
 
[1]. Bukti Syara’
 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
 
“Artinya : Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak 
akan dibangkitkan. Katakanlah : “Tidak demikian, demi Rabbku, benar-benar kamu 
akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu 
kerjakan” Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” [At-Taghaabun : 7]
 
Semua kitab-kitab suci samawi telah sepakat tentang adanya hari kebangkitan.
 
[2]. Bukti Inderawi
 
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperlihatkan bagaimana Dia menghidupkan 
orang-orang yang sudah mati du dunia ini. Dalam surat Al-Baqarah terdapat lima 
contoh mengenai hal ini.
 
[a]. Ketika kaum Musa berkata kepada nabinya Musa ‘Alaihis salam bahwa mereka 
tidak akan percaya dengan risalah yang dibawa Musa ‘Alaihis salam, sampai 
mereka melihat Allah dengan mata kepada mereka sendiri. Oleh karena itulah 
Allah berfirman (yang ditujukan kepada bani Israil).
 
“Artinya : Dan (ingatlah), ketika kamu berkata : ‘Hai Musa, kami tidak akan 
beriman kepadamua sebelum kami melihat Allah dengan terang’, karena itu kamu 
disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. Setelah itu Kami bangkitkan 
kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur” [Al-Baqarah 55-56]
 
[b]. Cerita orang yang terbunuh yang pembunuhnya dipersengketakan bani Israil. 
Allah Subhanahu wa Ta’a lalu memerintahkan mereka untuk menyembelih sapi, 
kemudian daging sapi itu dipukulkan ke tubuh orang yang terbunuh itu agar dapat 
menceritakan siapa sebenarnya yang telah membunuhnya. Hal ini diungkapkan dalam 
firmanNya.
 
“Artinya : Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seorang manusia, lalu kamu 
saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang 
selama ini kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman : ‘Pukullah mayat itu dengan 
sebahagian anggota sapi betina itu !’. Demikianlah Allah menghidupkan kembali 
orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda 
kekuasaanNya agar kamu mengerti” [Al-Baqarah : 72-73]
 
[c]. Kisah kaum yang keluar dari negerinya karena menghindari kematian. Mereka 
berjumlah ribuan orang Allah mematikan mereka, lalu menghidupkan kembali. Ini 
digambarkan dalam firmanNya.
 
“Artinya : Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampong 
halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati, maka 
Allah berfirman kepada mereka: ‘Matilah kamu, kemungkinan Allah menghidupkan 
mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi 
kebanyakan manusia tidak bersyukur” [Al-Baqarah : 243]
 
[d]. Kisah orang yang melewati sebuah desa yang hancur. Dia sangsi, bagaimana 
Allah mematikannya selama seratus tahun, dan kemudian Allah menghidupkannya 
kembali. Ini dikisahkan dalam firmanNya.
 
“Artinya : Atau apakah (kamu memperhatikan) orang yang melewati suatu negeri 
yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata, ‘Bagaimana Allah 
menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur ?’ Maka Allah mematikan orang 
itu seratus tahun, kemudian menghidukannya kembali. Allah bertanya, ‘Berapa 
lama kamu tinggal di sini ?’ Ia menjawab, ‘Saya tinggal di sini sehari atau 
setengah hari’, Allah berfirman. ‘Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus 
tahun lamanya. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah, dan 
lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Kami akan menjadikan 
kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang belulang keledai itu, 
kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging’, 
Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah 
mati) dia pun berkata, ‘Saya yakin Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” 
[Al-Baqarah : 259]
 
[e]. Kisah Nabiyullah Ibrahim Al-Khalil ketika bertanya kepada Allah bagaimana 
Dia menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati. Allah memerintahkannya 
untuk menyembelih empat ekor burung dan memisah-misahkan bagian-bagian tubuh 
burung itu di atas gunung-gunung yang ada di sekelilingnya. Ibrahim memanggil 
burung itu, lalu tak lama tampaklah olehnya bagian-bagian tubuh burung itu 
menyatu dan segera mendatangi Nabi Ibrahim kembali. Ini dikisahkan Allah dalam 
Al-Qur’anul Karim.
 
“Artinya : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim bekata : ‘Ya Tuhanku, perlihatkanlah 
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati’, ‘Allah berfirman : 
‘Apakah kamu belum percaya ? ‘Ibrahim menjawab : ‘Saya telah percaya, akan 
tetapi agar bertambah tetap hati saya’, Allah berfirman. ‘(Kalau demikian), 
ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu, lalu letakkan di 
atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu. Sesudah itu 
panggillah mereka, niscaya mereka akan datang kepada kamu dengan segera’, Dan 
ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” [Al-Baqarah : 260]
 
Inilah contoh-contoh bukti inderawi yang menunjukkan mungkinnya Allah 
menghidupkan orang-orang yang sudah mati. Telah diisyaratkan di atas, Allah 
menjadikan tanda-tanda Isa bin Maryam yang menghidupkan orang-orang yang sudah 
mati serta mengeluarkannya dari kubur dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala
 
[Ditulis ulang dari Syarhu Ushulil Iman, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Edisi 
Indonesia: Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan. Penerjemah: Ali Makhtum Assalamy. 
Penerbit: KSA Foreigners Guidance Center In Gassim Zone]